Berjuang Agar Pendidikan Lingkungan Jadi Kurikulum Sekolah
Posted by Unknown on 17.35
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH)
Tiga siswi dari sebuah sekolah sedang mengamati hasil dari kerajinan daur ulang di PPLH Seloliman |
Keberadaan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH)
Seloliman Mojokerto bukan sekadar tempat untuk bisa menimba ilmu tentang lingkungan.
Namun, para penggiat yang berada di balik keberadaan PPLH ini berusaha dan
terus berjuang agar pendidikan lingkungan bisa menjadi program kurikulum
sekolah.
---------
Bertepatan dengan ulang tahun ke-24, PPLH berusaha untuk
mewujudkan impian besarnya itu. “Karena sudah 24 tahun kami ada tapi sampai
sekarang pendidikan lingkungan belum masuk ke dunia pendidikan formal,” tandas
Manajer Operasional PPLH, Muhammad Muzaki.
Selama keberadaan PPLH yang sudah bermanfaat sangat besar
bagi masyarakat ini, nampaknya belum akan sempurna jika belum bisa menyentuh
sekolah-sekolah formal yang ada. Minimal sekolah yang ada di sekitar PPLH
Seloliman Mojokerto bahkan hingga seluruh Jawa Timur.
“Hingga kini baru sekolah-sekolah Adiwiyata saja yang sudah
memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum sekolah. Minimal kurikulum
sekolah, bukan kurikulum wajib nasional, itu minimal yang kami perjuangkan,”
tukas Muzaki.
Karena itu, usaha untuk menuju ke arah sana, diwujudkan
dalam salah satu serangkaian acara ultah PPLH lewat workshop bertemakan
''Penerapan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) Dalam Kurikulum Sekolah''.
Workshop ini diikuti lebih dari 80 sekolah yang ber-Adiwiyata dari Pasuruan,
Probolinggo dan Surabaya, pada Kamis 15/5) lalu.
PPLH Seloliman Mojokerto menjadi jujukan sekolah-sekolah untuk belajar tentang pengolahan lingkungan hidup. |
Dari hasil workshop ini, PPLH mendesak ke Pemerintah Daerah
maupun Pemkot terutama di Mojokerto segera merealisasikan penerapan PLH di
sekolah. Selama ini muatan lokal PLH hanya ada di sekolah ber-Adiwiyata saja
dan itu pun masih sebagian saja.
''Di sisi yang lain, regulasi yang ada juga kurang
menggiring ke arah sana. Masih banyak guru pembina kurang memiliki pemahaman
tentang pendidikan lingkungan. Itu sebabnya, kami mengundang, Diknas Kabupaten,
LSM, BLH Kabupaten datang ke workshop,” ungkap Muzaki.
Hingga kini, PPLH memang terus mengembangkan pendidikan
lingkungan. Diakui Muzaki, PPLH memiliki beberapa program untuk pengembangan
lingkungan khususnya untuk sekolah. Dan semuanya itu dibahas dalam workshop
yang digelar. Tiga isu penting itu adalah masalah pengolahan sampah, teknologi
baru terbarukan dan pertanian organik.
Dari tiga program itu, Muzaki menyerahkan sepenuhnya kepada
masing-masing kota. Karena, masing-masing kota tidak sama dalam hal mengatasi
problem lingkungannya. “Biasanya antar kota yang satu dengan yang lain tidak
sama problemnya. Kalau di Surabaya misalnya banyak sampah, ya harus menerapkan
kurikulum pendidikan lingkungan khusus penanganan sampah. Kalau di daerah lain
ada potensi sumber alam yang bisa digunakan untuk mengembangkan teknologi
terbarukan itulah yang harus diambil. Begitu juga dengan pertanian organik,
jika banyak lahan pertanian bisa dikembangkan sistem pertanian ini. Kami
intinya siap untuk membantu karena ini adalah target kami,” jelas Muzaki.
Dengan workshop yang digelar itu, setidaknya, ada draft yang
nantinya bisa dijadikan panduan bagi sekolah-sekolah untuk terus mengembangkan
pendidikan lingkungan hidup ini.
“Sehingga, keberadaan kami ini lebih bermanfaat lagi. Karena
mencintai lingkungan itu harus dimulai dari kecil, mulainya dari sekolah,”
tandasnya. (end)
Categories: Pendidikan