Makanan Halal dapat Melembutkan Hati
Posted by Unknown on 00.48
Mutiara
Hati
“Sesungguhnya
telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalanganmu sendiri. Berat terasa
olehnya penderitaan kalian: dan dia sangat menginginkan (keselamatan dan
keamanan) bagi kalian serta amat belas kasih lagi penyayang tehadap kaum
mukmin.” (QS at-Taubah: 128).
Di tengah perilaku kekerasan yang melanda masyarakat kita, diwarnai upaya
memaksakan kehendak, melunturnya kepedulian sosial, timbulnya kesenjangan
sosial, kekerasan dalam rumah tangga, juga dendam yang diperturutkan, maka
sikap lemah lembut menjadi pilihan dalam menyikapi berbagai persoalan
kehidupan.
Bercermin
dari perilaku teladan Nabi Muhammad SAW, maka sudah selayaknya kita mengambil
ibrah dan sirah nabawi dalam bersikap dan bertindak.
Setidaknya
ada tiga perilaku teladan Rasul SAW yang memperlihatkan kelembutan hati, untuk
mengantisipasi gejala sosial kemasyarakatan ini , yaitu sikap rela memaafkan,
rendah hati (tawadhu), dan memberi tanpa pamrih. Ketiga sikap tersebut
bersumber pada luasnya limpahan rasa kasih sayang beliau pada umatnya.
“Maka
disebabkan rahmat dari Allahlah kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu…” (QS Ali
Imran: 159)
Rasulullah
SAW memiliki sikap memaafkan bukan karena terpaksa atau karena tidak mampu
membalas, tapi karena kasih sayang dan keikhlasan yang sempurna. Sikap rela
memaafkan yang beliau contohkan bukan karena adanya paksaan dari orang lain,
atau adanya pertimbangan keuntungan yang akan diperoleh, namun semata-mata
dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
Menurut
Imam al-Ghazali, memaafkan yang hakiki adalah bahwa seseorang itu memiliki hak
untuk membalas, mengkisas, menuntut, atau menagih dari seseorang yang tertentu,
tapi hak yang dimilikinya tersebut dilenyapkan atau digugurkan sendiri.
Sekalipun ia berkuasa untuk mengambil haknya itu.
Sikap
yang kedua adalah tawadhu bukan berarti merendahkan martabat, akan tetapi
justru akan menambah ketinggian akhlak. Rasulullah SAW berpesan kepada para
sahabatnya, “Rendah hati (tawadhu) itu tidak menambah seseorang melainkan
ketinggian. Karena itu bertawadhulah, pasti Allah akan meninggikan derajatmu.”
Sikap
yang ketiga adalah, memberi sesuatu yang kita miliki tanpa pamrih,
sebagaimana firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu memberi dengan maksud
memperoleh balasan yang lebih banyak.” (QS al-Mudatstsir: 6).
Salah
satu bentuk pemberian adalah berupa harta yang kita miliki, dalam bentuk
sedekah. Bersedekah itu tidak memengaruhi harta seseorang, melainkan akan
semakin menambah banyak jumlahnya. Karena itu bersedekahlah, pasti Allah akan
memberikan kasih sayang-Nya pada kalian semua. (HR ad-Dailami)
Lebih
jauh Rasul SAW bersabda, "Seutama-utamanya akhlak dunia dan akhirat adalah
agar engkau menghubungkan tali silaturahim dengan orang yang memutuskan
silaturahim denganmu, memberi sesuatu kepada orang yang menghalang-halangi
pemberian padamu, serta memberi maaf kepada orang yang menganiaya dirimu."
(HR Thabrani, Baihaqi, dan Ibnu Abi Ad-Dunya).
Untuk
melembutkan hati, Islam memerintahkan umatnya mencari rezeki halal atau memakan
makanan yang halal. Karena makanan haram akan mengeraskan hati. Mereka yang
mengkonsumsi makanan haram atau dari rezeki yang tidak halal (seperti hasil
korupsi dan suap), hatinya akan sulit menerima kebenaran, bahkan hidayah.
Hatinya
akan keras sekeras batu dan baja, sehingga cahaya kebenaran sulit masuk ke
dalam jiwa mereka. Sebaliknya, makanan halal dapat melembutkan hati kita.
Imam
Ahmad bin Hambal pernah ditanya seseorang. “Apa yang bisa melembutkan hati,
Wahai Abu Abdillah?” Sejenak Imam Hambal merenung, lalu menjawab, “Makanan
halal”.
Hati
yang lembut akan memudahkan penerimaannya atas kebenaran Ilahi. Sebaliknya,
hati yang keras akan sangat sulit menerima kebenaran Ilahi dan sebaliknya
justru mudah menerima kemaksiatan dan kemunkaran.
Jadi,
makanan haram bukan saja mengeraskan hati, tetapi juga membuat seseorang
terhalang kemakbulan doanya kepada Allah SWT. Meski dalam sebuah firman-Nya,
Allah menyatakan akan mengabulkan setiap doa hamba-hamba-Nya. Sebaliknya,
makanan halal akan melembutkan hati sekaligus menjadikan doa kita makbul, dipenuhi
oleh-Nya.
Makanya
umat Islam diingatkan untuk berhati-hati dalam mendapatkan harta atau makanan,
agar darah-daging kita, juga keluarga kita atau mereka yang kebutuhan hidupnya
berada di bawah tanggung jawab kita, terhindar dari barang haram.
Kehalalan sumber, cara, dan penggunaan harus selalu dijaga, agar rezeki yang
kita dapatkan mengandung berkah dan menyelamatkan kita dunia-akhirat.
Yakinlah,
rezeki sudah diatur oleh Allah dan kita tinggal berikhtiar secara baik-baik.
Rezeki tidak akan jatuh ke tangan siapa pun jika Allah sudah menakdirkannya
untuk kita. Allah SWT pun menjamin, setiap makhluk bernyawa, dibarengi dengan
“jatah” rezeki masing-masing. Tugas kita adalah ikhtiar, tawakal, dan doa. Wallahua'lam
bish shawwab. * sir, rpl
Categories: Religi